Siapapun yang mesti meladeni Blaugrana di kancah mana pun, jelas harus punya penyesuaian taktik demi menghentikan El Messiah. Tak perlu dijelaskan bagaimana lagi kualitas pemain mungil dan fantastis itu tapi yang pasti, beberapa kali sudah ada yang bisa melumpuhkan Messi dan akhirnya, mengandaskan kemenangan Barca.
Hal inilah yang mesti dipelajari AC Milan saat menjamu mereka, dini hari nanti, pada leg pertama babak 16 besar Champions League. Dari sedikit yang mampu membungkam Barca, terdapat empat versi atau sebutlah metode, bagaimana cara melumpuhkan Messi dari sejumlah tim-tim yang pernah berhasil.
1. Marking dengan Dua Bek Sentral
Versi ini dikembangkan entrenador Athletic Bilbao, Marcelo Bielsa, saat untuk ketiga kalinya bertemu Barca selama La Liga musim lalu. Tiap kali bertemu, Bielsa selalu mencoba hal berbeda. Dengan formula 4-3-3 dan mengendurkan sistem marking terhadap Messi yang bermain sebagai ujung tombak false-nine, satu di antara Javi Martínez atau Fernando Amorebieta, akan membuntuti Messi dan yang lainnya akan menyusul dari arah lain untuk meng-intercept.
Massimiliano Allegri yang membesut Milan, selama ini juga kerap menempatkan formasi 4-3-3 di lapangan. Akan tetapi masalahnya, apakah Milan punya sepasang bek sentral yang bisa dinamis, mobil dan cukup cerdas untuk terus mengatur komunikasi dan organisasi satu dengan yang lainnya?
2. Marking dengan Gelandang Jangkar
Jika Allegri tak cukup pede dengan barisan belakanganya, mungkin opsi lain bisa diserahkan pada salah satu pilar gelandangnya. Banyak yang mencoba metode ini tapi hanya sedikit yang berhasil. Jelas, caranya untuk terus mengapit Messi sedari lini tengah tapi kelemahannya malah akan melonggarkan permainan tim sendiri di sektor ini.
Di La Liga, beberapa dari mereka sempat berhasil seperti Gary Medel (Sevilla) yang selalu lekat dengan Messi bak perekat, lalu ada Ignacio Camacho (Málaga) yang memang selalu bertugas jadi “pengawal” Messi untuk membuntuti dan mengekang. Untuk versi ini, Il Diavolo punya opsi terbaik dalam diri Antonio Nocerino.
3. Parkir Bus ala Chelsea
Andai tak yakin juga, bisa coba cara lain yakni menempatkan banyak pemain di tengah, tapi untuk beberapa inci dan situasi tertentu, hampir semua pemain mesti mengatur tembok tebal di tiap lini. Ya, taktik tenar yang dimaksud ini adalah “parkis bus” ala Chelsea. Dalam dua leg semifinal musim lalu, The Blues membiarkan setengah lapangan dikuasai Barca dan menempatkan delapan pemain pada 18 yard ruang permainan mereka sendiri.
Josep Guardiola yang kala itu masih di bench Barca, mencoba segala cara untuk membongkar “bus” Roberto Di Matteo. Versi Chelsea ini sebenarnya bukan hal baru namun lebih ekstrem ketimbang pendahulunya, Real Betis dan Real Madrid. Tapi kelemahannya, jika satu rangkaian terbongkar, satu sektor luput atau satu kesalahan saja, maka berakhir sudah upaya negative football itu.
4. Modifikasi Lini Tengah ala Hercules
Ini yang terakhir dan mungkin metode paling unik. Hercules menjadi satu di antara tim-tim yang bisa mengalahkan Los Cules, tanpa mengandalkan keberuntungan atau menerapkan tembok tebal pertahanan. Entrenador Esteban Vigo punya formula yang tak lazim untuk lini tengah segitiganya – dengan tambahan gelandang jangkar.
Dengan begitu, Vigo tetap punya pemain yang cukup di lini belakang, untuk menghadapi trio barisan depan Barca. Sementara tiga pemain lini tengah plus satu tambahan gelandang jangkar, cukup untuk meng-cover segala penjuru lapangan untuk membantu pertahanan dan memberi perlawanan. Tapi tentu, upaya ini dilakukan dengan kerja ekstra keras. Masalahnya, apakah Milan punya cukup personel tangguh di lini tengah dan belakang, untuk menduplikasi struktur formasi ini?
Sumber: okezone.com
Post a Comment
Admin