Selamat datang di FamaGulz[dot]Blogspot[dot]Com

Kisah Tahanan Anak Umur 12 yang Divonis 25 Tahun Penjara

Friday, May 31, 20130 komentar

Fama Gulz - Anak itu punya 'wajah malaikat', manis. Guru-gurunya di sekolah bahkan menyebut, mukanya ganteng, pantas jadi adiknya Justin Bieber.

Namun, di saat anak-anak seusianya menghabiskan hari dengan bermain, tertawa-tawa bersama rekan-rekannya, tak punya masalah kecuali tumpukan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, apa yang dialami Paul Henry Gingerich sungguh bertolak belakang.

Pada tahun 2010, di usia 12 tahun, Paul, anak asal Enchanted Hills, Indiana divonis 25 tahun bui atas perbuatannya ikut menembak mati ayah tiri seorang rekannya.

Meski perbuatannya amat mengerikan, fakta lain yang membuat kasus ini mengejutkan adalah, meski usianya masih belia, Paul diperlakukan sebagai orang dewasa, dan tak akan dibebaskan sampai usianya genap 37 tahun.

Di Indiana, dalam kondisi ekstrem, anak berusia 10 tahun bisa diadili dan divonis di pengadilan untuk orang dewasa. Meski demikian, hal tersebut jarang terjadi. Paul menjadi yang termuda yang diadili dengan cara demikian.

Kehidupan Paul kecil berubah untuk selamanya pada April 2010. Saat ia berubah dari anak biasa -- yang tak pernah melakukan pelanggaran kecuali bicara dalam kelas dan tak menyelesaikan PR -- menjadi seorang pembunuh.

Suatu hari, Paul, temannya yang lebih tua bernama Colt Lundy (15), dan bocah 12 tahun bernama Chase William, berniat kabur.

Namun, Colt mengatakan pada dua temannya, ayah tirinya, Phil Danner tak akan mengizinkannya. Setan apa yang terbesit dalam pikiran mereka, hingga ketiga bocah bau kencur itu memutuskan untuk membunuh Phil.

Colt Lundy menyerahkan senjata berpeluru pada Paul, dan dua anak itu merayap, memanjat jendela memasuki kamar Phil Danner -- di mana pria itu duduk di sofa. Chase Williams menolak untuk ikut pergi dan menunggu di depan rumah.

Di depan polisi, Paul mendeskripsikan apa yang terjadi setelahnya. "Phil berbelok ke sudut dan Colt menembaknya. Aku panik, menutup mata, berbalik, dan menembak," demikian dimuat Sunday Mirror, seperti dilansir kembali oleh Daily Mail (28/4/2013).

Sementara dokumen pengadilan mengungkap, kepada polisi, Paul mengaku hanya ikut-ikutan dan tak yakin temannya serius membunuh ayah tirinya. Namun, pada 2010, Paul divonis 25 tahun, atas konspirasi menembak Phil Danner hingga tewas.

Merasa Bersyukur...

Desember tahun lalu, Pengadilan Indiana mengajukan banding, mengenyampingkan perlakuan bersalah Paul dan vonis atas dirinya, mengatakan bahwa hakim pengadilan anak terburu-buru saat melimpahkan kasus tersebut ke pengadilan dewasa.

Pengadilan banding memerintahkan sidang baru untuk menentukan apakah Paul harus diadili di pengadilan anak-anak.

Namun itu adalah pertaruhan besar. Jika pengadilan memutuskan Paul harus diadili di pengadilan dewasa, untuk kasus pembunuhan, ia bisa divonis sampai 65 tahun-- dan baru akan bebas di usia 77 tahun.

Saat ini, di usianya yang 15 tahun, hanya tersisa 3 tahun lagi bagi Paul untuk dipindah ke penjara anak ke penjara dewasa yang terkenal keras di Indiana.

"Anda tak akan memahami betapa mengerikannya penjara dewasa itu kecuali Anda pernah jadi penghuninya," kata pembela Paul, Monica Foster.

"Selama 30 tahun saya sudah keluar masuk ke penjara dewasa di negara bagian Indiana. Aku tak akan membiarkan anjingku masuk ke sana selama seminggu, apalagi anak 15 tahun."

Cerita mengerikan Paul kini menjadi subyek film dokumenter yang dibesut Zara Hayes. Sementara ibunya Nicole mengaku apa yang menimpa putranya adalah sebuah hal tak pernah terbesit dalam benaknya.

Apalagi saat menyaksikan anaknya diperlakukan sebagai orang dewasa di muka hukum. "Orang dewasa sekalipun, jika kapasitas otaknya setara anak 12 tahun, ia tak akan diadili sebagai orang dewasa."

Sementara ayahnya dengan bijak mengaku tak pernah mengharapkan anaknya bebas begitu saja. Sebab, ia telah berbuat kesalahan serius. "Tapi tak semestinya seorang anak dilempar bersama tahanan-tahanan dewasa."

Di penjara, Paul menjadi tahanan teladan. Masuk sekolah lima hari seminggu, belajar keras untuk mendapatkan nilai bagus, sembari berharap mendapatkan kerja saat bebas nanti.

Hidup di dalam penjara telah mengubah Paul. Ia bukan lagi anak polos berusia 12 tahun yang melakukan kesalahan amat fatal. Dia makin tegar, juga keras.

Namun, yang mengejutnya, masih ada yang bisa ia syukuri. "Aku merasa tumbuh dewasa lebih cepat dari anak-anak lain. Kini aku selalu berpikir sebelum bertindak, tidak impulsif. Sekarang aku lebih bisa mensyukuri atas apa yang kumiliki."






Share this article :

Post a Comment

Admin

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Mas Template
Copyright © 2013. Fama Gulz - All Rights Reserved
Created by Creating Website Modify by Fama Gulz
Proudly powered by Blogger