Selamat datang di FamaGulz[dot]Blogspot[dot]Com

Sejarah Hari Buruh Se-Dunia, 1 Mei

Wednesday, May 1, 20130 komentar

Pada tahun 1884, Federation of Organized Trade and Labor Union Amerika Serikat mensahkan undang-undang yang menyatakan bahwa sejak 1 Mei 1886, delapan jam kerja adalah jam kerja total dan jam kerja yang sah bagi semua buruh Amerika Serikat. Klas Pemilik Modal diberikan waktu sekitar dua tahun untuk mengakui dan menjalankan undang-undang tersebut. Namun para pemilik modal menolak 8 jam kerja.

Pada 1 Mei 1886, buruh turun ke jalan melancarkan pemogokan umum diseluruh Amerika Serikat. Untuk memaksa klas pemilik modal mengakui 8 jam kerja. Lebih dari 350 ribu buruh diseluruh Amerika Serikat terlibat dalam mogok nasional, dengan ratusan ribu buruh bergabung dengan aksi demonstrasi. Saat pemogokan yang terus terjadi pada 3 Mei di Chicago, kepolisian Chicago menembakan peluru tajam kearah buruh yang tak bersenjata di McCormick Reaper Works, membunuh enam orang buruh dan melukai banyak lainnya. Pembunuhan tersebut menimbulkan gejolak diseluruh negeri terhadap pemerintah dan kebrutalan polisi, buruh-buruh melakukan protes dan demonstrasi diseluruh negeri.

Pada tanggal 4 Mei International Working People Association melancarkan demonstrasi ribuan buruh di Haymarket Square untuk memprotes brutalitas polisi terhadap buruh yang mogok di South Side. Saat orator terakhir memberikan orasinya, dengan menyisakan 200 buruh mengikuti demonstrasi, sekitar 180 polisi bersenjata maju dan membubarkan demonstrasi buruh. Kemudian sebuah bom meledak yang membunuh tujuh orang polisi. Polisi kemudian melepaskan tembakan kearah para buruh yang tidak bersenjata – jumlah buruh yang terbunuh pada saat itu tidak diketahui hingga sekarang. Delapan orang buruh ditangkap dengan tuduhan “membuat kerusuhan” dan pembunuhan.

Delapan buruh dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan membuat kerusuhan. Namun hanya satu orang dari delapan buruh itu yang ada ditempat demonstrasi. Dan dia sedang melakukan orasi saat bom meledak. Dalam sebuah pengadilan yang dibuat-buat, para buruh dinyatakan bersalah walaupun tidak ada bukti. Empat orang dari buruh tersebut – Albert, Parsons, August Spies, George Engel dan Adolph Fisher – akhirnya dieksekusi. Louis Lingg melakukan bunuh diri. Sisa tiga buruh lainnya dimaafkan karena tekanan kebangkitan gerakan kaum buruh pada 1893.

Pada tanggal 1 Mei 1890, sesuai dengan keputusan Kongres Paris (Juli 1889) dari Internasional Kedua untuk merayakan martir Haymarket, demonstrasi dan pemogokan diselenggarakan diseluruh Eropa dan Amerika. Kaum buruh menuntut 8 jam kerja, kondisi kesehatan yang lebih baik dan tuntutan lainnya yang diajukan oleh International Association of Workers. Bendera berwarna Merah diciptakan sebagai symbol yang selalu mengingatkan kaum buruh atas darah yang telah ditumpahkan oleh kaum buruh yang terus tumpah dibawah penindasan kapitalisme.

Hari Buruh Sedunia di Indonesia

Hari Buruh Sedunia pertama kali dirayakan di Indonesia di Surabaya pada 1 Mei 1918, bahkan juga disebut-sebut perayaan pertama kali di Asia. Perayaan ini diinisiasi Serikat Buruh Kung Tang Hwee Koan dan dihadiri oleh Sneevliet dan Bars dari ISDV. Walaupun pada saat itu hanya menarik orang-orang Eropa dan hampir tidak ada orang-orang Indonesia. Dimulai pada tahun 1918 hingga 1926 gerakan buruh mulai secara rutin memperingati Hari Buruh Sedunia, biasanya dibarengi dengan pemogokan umum besar-besaran.

Pada Hari Buruh Sedunia tahun 1921, Tjokroaminoto, ditemani muridnya Soekarno naik ke podium untuk berpidato mewakili Serikat Buruh di bawah pengaruh Sarekat Islam. Pada tahun 1923, Semaun menyapaikan dalam rapat umum VSTP (Serikat Buruh Kereta Api) di Semarang untuk melancarkan pemogokan umum. Isu utama yang diangkat adalah 8 jam kerja, penundaan penghapusan bonus sampai janji kenaikan gaji dipenuhi, penanganan perselisihan ditangani oleh satu badan arbitrase independen, dan pelarangan PHK tanpa alasan. Pada tahun 1926, menjelang rencana pemberontakan PKI melawan kolonialisme Belanda, peringatan Hari Buruh ditiadakan. Pada saat itu, karena cerita mengenai rencana pemberontakan sudah menyebar dari mulut ke mulut, maka banyak pihak yang menduga peringatan Hari Buruh Internasional sebagai momen pecahnya pemberontakan. Setelah meletus pemberontakan bersenjata pada tahun 1926 dan 1927, peringatan Hari Buruh Sedunia sangat sulit untuk dilakukan. Pemerintah Penjajah Belanda mulai menekan serikat buruh dan melarang mereka untuk melakukan perayaan.

Peringatan Hari Buruh Sedunia kembali mulai diperingati pada tahun 1946. Pada tahun 1948, kendati dalam situasi agresi militer Belanda, perayaan Hari Buruh Sedunia berlangsung besar-besaran. Saat itu, 200 ribu hingga 300 ribu orang membanjiri alun-alun Jogjakarta, untuk memperingati Hari Buruh Sedunia. Menteri Pertahanan, Amir Sjarifoeddin, memberikan pidato kepada massa buruh dan rakyat di alun-alun itu. Selain Amir, Menteri Perburuhan dan Sosial Kusnan dan Ketua SOBSI Harjono juga memberi pidato. Hatta dan Panglima besar Jend. Soedirman juga hadir dalam perayaan hari buruh ketika itu. Dan, di tahun 1948, dikeluarkan UU Kerja nomor 12/1948 yang mengesahkan 1 Mei sebagai tanggal resmi hari Buruh. Dalam pasal 15 ayat 2 UU No. 12 tahun 1948 dikatakan: “Pada hari 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja”.

Perayaan Hari Buruh Sedunia selama masa Bung Karno berlangsung meriah dan reguler. Namun sejak Rejim Militer Soeharto naik perayaan Hari Buruh Sedunia dilarang. Rejim Militer Soeharto menganggap perayaan Hari Buruh Sedunia adalah tindakan subversive, melawan hukum. Demikian Rejim Militer Soeharto hanya mengakui Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang didirikan pada 20 Februari 1973 sebagai satu-satunya serikat buruh. Kemudian hari lahir SPSI ditetapkan sebagai Hari Pekerja Nasional, Hari Buruh Sedunia pun dilupakan.

Setelah bertahun-tahun dibungkam, pada tahun 1995 sejumlah buruh yang tergabung dalam Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) kembali merayakan Hari Buruh Sedunia dalam bentuk aksi massa. Inilah perayaan Hari Buruh Sedunia pertama dimasa Rejim Militer Soeharto. Sejarah mencatat, perayaan tersebut digelar di dua kota besar, yakni Semarang dan Jakarta. Hari itu para buruh menyerukan tuntutan; kebebasan berserikat, stop intervensi militer (dwi fungsi ABRI) dan upah minimum Rp7.000/hari dari sebelumnya Rp3200/hari di Semarang dan Rp3.600-4.000/hari di Jakarta.

Ketika Rejim Militer Soeharto berhasil digulingkan pada 21 Mei 1998, maka Hari Buruh Sedunia kembali dirayakan. Pada 1 Mei 2013 ini, di Jakarta saja direncanakan akan ada 1 juta buruh turun ke jalan untuk merayakan Hari Buruh Sedunia.
Share this article :

Post a Comment

Admin

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Mas Template
Copyright © 2013. Fama Gulz - All Rights Reserved
Created by Creating Website Modify by Fama Gulz
Proudly powered by Blogger